Pendidikan dalam Seonggok Kulit Pisang

Apa sebenarnya hakikat dari pendidikan? Apa yang kita dambakan dari seorang insan yang terdidik? Kami membayangkan… seorang guru memberikan soal berikut kepada muridnya, entah berupa pilihan atau isian.

Apa yang kamu lakukan ketika menemukan seonggok kulit pisang di teras depan kelasmu?

Kemungkinan besar, para murid akan menulis atau menjawab: AMBIL, LALU BUANG KE TEMPAT SAMPAH.

Itu jawaban yang menurut mereka benar, apalagi jika sebelumnya sudah disampaikan dalam materi atau teori. Bisa jadi mereka menjawab karena mengira guru akan menyukai jawaban tersebut.

Namun, jika pertanyaan itu diubah dalam bentuk eksperimen langsung, dengan memasang kamera tersembunyi, kira-kira berapa murid yang akan mengambil, lalu membuang sampah kulit pisang ke tempat sampah? Adakah yang akan membawanya pulang untuk dikomposkan? Berapa banyak yang berpikir ini bukan urusanku, ini urusan petugas, tukang kebun, atau yang lainnya?

Pernahkah kita renungkan mengapa siswa yang diajarkan memilah dan mengurangi sampah di sekolah, kembali seperti sediakala ketika sampai di rumah? Inilah realitas di lapangan. Sering kali, kita menemui seseorang yang punya ilmu, tetapi tak selaras dengan amalnya.

Bagi kami, pendidikan seharusnya memberikan tuntunan bagi kita untuk berpegang teguh pada value dan prinsip kebenaran. Prinsip yang membuat kita bisa mengambil keputusan yang bijak dan bersikap dengan tepat. Value atau nilai yang membuat hidup kita terus sadar bahwa CCTV atau kamera milik Allah menyala sepanjang waktu.

Karena pendidikan bukan hanya sekadar untuk dapat menjawab soal pelajaran.

Apakah Anda merasakan keresahan yang sama?

(oleh DK. Wardhani & Ario Nugroho, dalam buku Homeschooling: Rekam Jejak Perjalanan Pendidikan Rumah)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart